Halo, namaku Trump Paulus Dex Erik, aku biasa dipanggil Trump. Aku seorang keturunan Indonesia Belanda yang kini tinggal di Surabaya. Aku seorang mahasiswa jurusan International Relations semester empat. Perjalanan dari tempat tinggal ku menuju kampus sekitar 20km. Kini aku sedang menunggu bapak Gojek yang telah aku pesan 5 menit yang lalu.
Tak berselang lama bapak berjaket hijau datang di tempat aku berdiri depan kampus. Ia tersenyum ramah layaknya masyarakat Indonesia sembari memberikan helm hijau kepadaku.
“Mas Trump yaa?” tanyanya kepadaku memastikan
“Betul bapak” jawabku meyakinkan bapak gojek ini
Aku diminta untuk segera naik kemudian diantar pulang ke rumah. Aku menikmati keindahan gedung-gedung kota meskipun diselimuti bising-nya gemuruh kendaraan. Bapak Gojek nya juga ramah dan suka ngobrol. Kami saling bertukar informasi seputar perkuliahan. Dan ternyata anak bapak gojek ini akan masuk kuliah bulan September besok.
“Anak bapak ngambil jurusan apa?” tanyaku penasaran
“Politik Luar Negeri mas” jawabnya lugas
Gumamku jurusan yang diambilnya hampir sama denganku. Bedanya, politik luar negeri berfokus dalam mempelajari kebijakan dan strategi terhadap suatu isu, sedangkan hubungan internasional lebih kompleks mempelajari tentang isu politik, ekonomi, sosial, budaya, dan lingkungan.
“Saya penasaran mas, 2016 lalu kenapa ya Hillary Clinton gagal menjadi presiden? Padahal ia menang selisih 3 juta suara dibandingkan dengan kontestan politiknya” tanya Pak Gojek itu
“it’s a great question, jadi begini bapak memang secara fakta Clinton menang 3 juta suara dari seluruh masyarakat amerika serikat. Tetapi penentuan pemenang pemilu tidak ditentukan dari suara rakyat (popular vote) namun ditentukan dari hasil suara elektoral (electoral vote)” jawabku yakin, yaa karena hal tersebut sudah menjadi makanan sehari-hari di kuliah
“lahh? Terus apa gunanya dari suara rakyat kalau pemenang pemilu tidak berdasarkan suara rakyat? Nggak guna dong” pak gojek itu mulai serius dalam perbincangan
“Begini bapak, Amerika Serikat sebagai negara demokrasi harus tetap menjunjung nilai-nilai demokrasi. Suara rakyat mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam proses demokrasi. Meskipun suara mereka mungkin tidak langsung menentukan hasil akhir, berpartisipasi dalam pemilu termasuk dalam proses demokratis” kujawab menerangkan
“ooo begitu, terus untuk yang suara elektoral itu gimana sistemnya?” tanya Pak Gojek
“Sebelum masuk ke dalam suara elektoral, warga amerika serikat di negara-negara bagian melakukan pemilihan elector untuk mewakili dalam suara penentuan presiden. Setiap negara bagian dengan yang lain memiliki jumlah elektoral yang berbeda-beda tergantung pada populasi negara bagian tersebut. Misalnya California dengan 55 elector, Texas 38 elector, Florida 30 elector, New York 28 elector dan seterusnya. Dan total keseluruhan electoral sebanyak 538 elector, sehingga calon presiden yang ingin memenangkan pemilu minimal harus mendapatkan 270 elector” jawabku panjang
“Iya juga sih, kan setengah nya 538 itu 269, jadi kalau sudah dapat 270 bisa memenangkan pemilu. Terus yang 2016 itu berapa hasil electoral nya? Kok bisa Hillary kalah?” tanya pak Gojek menambahkan
”Hillary Clinton Cuma dapat 227 suara electoral Pak, sedangkan kontestan politiknya dapat 304 suara electoral, yaa jadi Clinton ini kalah dalam pemilu meskipun berhasil memenangkan selisih 3 juta suara dalam popular vote” jawabku tenang
“looo. Kan itu 304 sama 227 jumlah nya Cuma 531, kemana 7 suara sisanya itu?” tanya pak gojek kritis
“7 suara sisanya lebih memilih menjadi faithless electors (Electors yang tidak memberikan suara sesuai dengan hasil pemilihan di negara bagian mereka), bahasa mudahnya kaya golput gitu sih pak. Tapi kembali lagi 7 suara itu tidak terlalu signifikan untuk dapat merubah hasil, terlalu jauh 227 dan 304 suara” Jawabku kalem
“ooo, begitu yaa sistem pemilu di Amerika Serikat, jauh berbeda dengan di Indonesia” Tanggapan Pak Gojek sembari mengangguk paham akan hal yang kujelaskan
Tak lama kemudian bapak berjaket hijau dan aku yang menggunakan helm hijau sampai depan rumah yang tak terlalu besar namun sangat nyaman sekali, tentu itu rumahku. Aku bergegas turun dari motor dan memberikan 3 lembaran uang rupiah berjumlah 17 ribu. Aku mengucapkan terimakasih atas pelayanan antar ke rumah. Aku membuka pintu rumah sedangkan Pak Gojek bersiap-siap pergi untuk mencari pelanggan selanjutnya.
0 Komentar