Ketika
tulisan ini dibuat
Terdapat
doa yang terselip, agar ditakdirkan jua tuk ber-tamu di kota suci ini
Sejauh
Doa itu dipanjatkan, Sedekat itu Tuhan mengabulkan
“Yang
ke Sekolah hari ini siapa aja?” Tanyaku kepada salah seorang mahasiswa UIN
Jakarta
“Yaa,
kita aja, anak UNESA sama UIN Cirebon lagi ke Red Sea” jawabnya
“Ya
Allah enak banget” pikirku
Di
hari keempat ini sekolah libur, tapi saya tetap pergi ke sekolah untuk mengambil
foto beberapa titik sekolah di hari nan sepi. Awalnya agak males aja ke
sekolah, karena memang tidak ada agenda disana, hanya saja karena saya diajak
berangkat sama anak UIN Jakarta, saya ikut aja.
“saya
rencana juga mau ke Red Sea, kalau nggak gitu ke balad” ujarku
“udah,
umroh dulu, kemana-mana itu nanti lah, yang utama umroh dulu” katanya
Percakapan tersebut kami lalui
sembari berjalan dibawah teriknya matahari menuju sekolah. Selain menanyakan
hal-hal yang belum diketahui, hal ini juga membuat rasa perjalanan ke sekolah
tidak terasa, meskipun sebenarnya 40 derajat yang sedang kami rasakan. Tak lama
setelah itu sampai di sekolah, sepi yang hanya terlihat, bisa dihitung jari orang-orang
yang berlalu lalang di sekolah kelahiran 1 Januari 1964 ini.
“Assalamualaikum”
tiba-tiba bapak kos saya mengirim pesan wa
“Waalaikumsalam
Bapak” balas pesan itu
“Saya
habis dzuhur mau umroh, ikut atau tidak?” tanya beliau
Langsung seketika hanya rasa senang
yang dapat tergambar dari raut wajah. Tak menyangka baru di hari keempat ini akan
ditakdirkan untuk bertamu di baitullah. Yang terlalu Indah adalah ketika dimana
seorang hambaNya menginginkan sesuatu dan langsung dikabulkan oleh Yang Maha
Esa seketika itu.
“Iya
pak, saya ikut, ini masih di sekolah, nanti jam 12 an saya kembali ke kos untuk
siap-siap” balas wa dari beliau tadi.
Meskipun baru sampai di sekolah, tidak
ada rasa lelah perjalanan untuk kembali ke kos. Panasnya jalan kaki tak sebanding
dengan kesenangan diajak bertamu ke baitullah.
Singkat
cerita saya sudah berpakaian ihram dan niat untuk melakukan ibadah umroh di kos.
Kami rombongan 9 orang untuk menuju Makkah. Di mobil hanyalah kalimah Labbaikallahumma
Labbaik, Labbaika laa syariika laka labbaik, innal hamda wan ni’mata lak, wal
mulka laa syariika lak nan kuucapkan sembari melantunkannya dari hati. Lalu
setelah satu jam perjalanan terlihat tulisan pembatas kota Hayaakumullah fii
Makkah.
Rasa
rindu sejak kecil kini terobati
Impian-impian
para leluhur kini terwujud
Retaknya
rumbai sanubari kini terbangun kembali
Kisah-kisah
abstrak kini terpampang jelas
Dan
yang terpenting doa hamba Tuhan kini terkabulkan
Sesampai
di Masjidil Haram kami melakukan salat sunnah Tahiyatul Masjid dan Taubat. Hanyalah
rasa syukur yang dapat menggambarkan situasi saat ini. Sujud di depan Ka’bah merupakan
nikmat terbesar yang Tuhan berikan. Sekujur jiwa hanya bisa berkata “Terimakasih
Tuhan”
Selepas
itu kami melakukan Tawaf Tujuh putaran. Deru doa-doa yang dilantunkan jutaan
umat manusia yang menghadiri panggilan Allah. Dan tentu kalimah Bismillah
Allahu Akbar disaat melihat Hajar Aswad. Dan kami juga melaksanakan salat
ashar setelah tawaf.
Kemudian
setelah salat ashar, kami melanjutkan Sai dengan memasuki bukit shafa. Sai mengingatkan
kita akan peristiwa Siti Hajar, Istri Nabi Ibrahim alaihis salam. Saat itu Siti
Hajar sedang ditinggal Nabi Ibrahim (atas perintah Allah) dan ia membutuhkan
air. Dan saat itu Siti Hajar mencoba untuk mencari air dari bukit Shafa ke
Marwah, dan hal itu dilakukannya Tujuh kali. Walhasil Siti Hajar menemukan sumber
mata air dibawah telapak kaki Nabi Ismail alaihis salam, air Zamzam. Dan kini,
air Zamzam terus mengalir dan tersedia di beberapa titik Masjidil Haram. Antara
bukit Shafa dan Marwah pun juga tersedia banyak titik minum air Zamzam.
Dan
di akhir setelah keluar dari bukit Marwah, kami melakukan Tahalul.
Sejauh
Doa itu dipanjatkan, Sedekat itu Tuhan mengabulkan
0 Komentar