Amazing! dari 50 peserta hanya 2 peserta terkuat
yang bisa lolos ke babak final. Keseruan dan ketegangan Clash Of Champions
(COC) ini dapat dilihat di aplikasi atau yotube ruangguru. Uniknya semua
peserta CoC ini tak lain dan tak bukan termasuk anak-anak Gen Z. Saya harap
bagi pembaca yang tak tergolong generasi Z bisa memahami labirin pemikiran dan
kaca perspektif yang dimiliki oleh Gen Z.
Stereotip
Gen Z malas dan bodoh (karena memiliki daya kritis yang lemah) luntur terbentur
dihadapan game show adu kecerdasan Clash of Champions. Stereotip yang
disematkan ke Gen Z terlalu terburu-buru dan menghakimi secara keseluruhan. Bukankah
stereotip yang didasarkan pada ambisi dan Fear of Missing out (FOMO) termasuk
Stereotip CACAT?
Clash of
Champions hanyalah secuil sajam milik Gen Z. Tentu alasan dikeluarkannya
untuk membungkam auman-auman Stereotip Cacat itu. Momen COC ini harusnya
membuka mata para penghancur Gen Z. Ingat! Kata secuil hanyalah sedikit kekuatan
yang dimiliki Gen Z, masih banyak hal-hal yang memang sengaja belum diteriakkan.
Se-mengerikan
(hebat) itukah member COC?
Tentu.
Menjadi
orang terdekat Gen Z, baik itu orang tua, saudara, tetangga, seyogyanya
memahami dan mau mendengarkan perspektif yang dimiliki oleh mereka. Suatu
kesalahan besar mendidik Gen Z dengan membuat stereotip maupun menghujat
personal. Gen Z tidak Malas, Gen Z tidak Dungu. Gen Z hanya butuh support,
berikan apa yang mereka inginkan, dan jangan paksakan apa yang mereka tidak
inginkan.
0 Komentar